Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam

Muhammadiyah dalam pengertian secara bahasa maupun istilah sudah pasti menunjukkan jati diri sebagai organisasi Islam. Tanpa perlu diteliti lebih jauh pun, orang akan tahu hal tersebut. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah Muhammadiyah sebagai gerakan Islam itu yang seperti apa? Jika dijawab maka tampaklah identitas Muhammadiyah sesungguhnya. Paparan kali ini, akan melihat identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam perspektif yang mungkin agak berbeda dari uraian-uraian yang telah ada. 
Pangkal tolak untuk menjawab pertanyan di atas : "Muhammadiyah sebagai gerakan Islam itu yang seperti apa?" adalah dari arti kata Muhammadiyah itu sendiri secara bahasa. Kata Muhammad+iyah yang jika diurai dari kata Muhammadiyah, mengandung arti pengikut Muhammad (Nabi Muhammad SAW). Maka jawaban dari pertanyaan tersebut adalah gerakan Islam yang seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Jadi keislaman seperti yang diterapkan/dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW itulah yang menjadi identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. 
Jika dilanjutkan, tentu ada pertanyaan kritis, banyak aspek yang bisa dicontoh dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang mana jadi acuan oleh Muhammadiyah? Secara general tentu semua aspek dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW sangat layak dicontoh oleh umatnya. Namun secara riil ada dua aspek pokok yang berbeda bisa dicontoh dari kehidupan Nabi SAW yaitu dari aspek ibadah madloh dan muamalah . Kedua aspek tersebut di Muhammadiyah diamalkan dengan dua prinsip yang berbeda, untuk urusan ibadah mahdloh dijalankan prinsip "semua jenis ibadah haram kecuali ada perintahnya". Prinsip ini mengandung pengertian bahwa untuk perkara-perkara teknis ibadah mahdloh seperti sholat, zakat, puasa, haji dan sejenisnya yang meliputi syarat, rukun dan tertibnya ibadah tidak ada pengurangan serta penambahan sama sekali. Tidak ada pembaharuan dalam urusan syarat, rukun dan tertibnya ibadah mahdloh, semua dilaksanakan berdasarkan perintah yang sudah ada dalam Al Qur'an dan sunnah kecuali untuk ibadah-ibadah mahdloh dalam kondisi khusus karena perkembangan zaman dan dulu pada zaman Rosululloh SAW belum mungkin berlaku maka dibutuhkan ijtihad. Contoh sholat dan puasa Ramadhan didaerah seputar kutub utara/selatan yang secara waktu kadang mengalami siang/malam terus menerus selama beberapa bulan, ini dibutuhkan ijtihad karena termasuk hal baru.  
Prinsip yang kedua dalam urusan muamalah adalah "semua hal boleh dilaksanakan kecuali ada larangannya". Secara muamalah atau aspek sosial kemasyarakatan banyak hal bisa dicontoh dari kehidupan Nabi Muhamamd SAW, namun secara teknisnya tentu ada hal-hal yang harus berubah, tidak bisa dilakukan persis seperti laku Beliau karena perkembangan zaman dan peradaban manusia dengan kebutuhan yang berbeda dari zaman ke zaman menuntut perwujudan teknis yang berbeda. Bahkan untuk perkara-perkara yang masih berkaitan dengan ibadah, ada hal yang secara teknis sudah sangat jauh berbeda dari yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Contoh simpel adalah adzan, sekarang dikumandangkan dengan perlengkapan pengeras suara dan bisa menjangkau kawasan yang cukup luas, satu hal yang tentu tidak dilakukan pada zaman Nabi SAW, banyak contoh lain yang menyangkut perkara-perkara pelengkap dalam ibadah apalagi menyangkut perkara-perkara sosial tentu jauh berbeda.
Mengapa Muhammadiyah didirikan untuk memperjuangkan Islam sesuai dengan Al Qur'an dan Sunnah Nabi SAW? Yang jarang diketahui oleh masyarakat bahwa Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai hasil pendalamannya terhadap ayat-ayat Al Qur'an dan kandungannya. Pendalaman tersebut menghasilkan ide-ide untuk melaksanakan dalam praktek nyata ajaran-ajaran Al Qur'an. Maka yang muncul saat itu adalah ide-ide KH. Ahmad Dahlan yang dianggap aneh bahkan gila.
Contoh pertama adalah ide mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah adalah pendalaman terhadap surat Ali Imron ayat 104. KH. Ahmad Dahlan menerjemahkan perintah untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan berkelompok, membentuk organisasi. Ini tentu tidak sejalan dengan budaya primordialisme muslim di Jawa saat itu yang sangat mengagungkan ketokohan seseorang terutama kyai dan bangsawan sebagai orang-orang yang menjadi rujukan dalam menyelesaikan masalah. KH. Ahmad Dahlan mengajak orang-orang disekitarnya untuk peduli pada permasalahan umat dan mengatasinya melalui jalur organisasi. Orang-orang yang diajak berorganisasi di Muhammadiyah saat itu adalah anak-anak muda kerabatnya di kampung Kauman yang notabene belum menjadi tokoh masyarakat. Dengan demikian KH. Ahmad Dahlan ingin membukakan pandangan masyarakat saat itu bahwa di sekitar mereka ada masalah-masalah sosial, dan mereka sendiri bisa menyelesaikan masalah-masalah tersebut tanpa tergantung pada satu tokoh sentral.
Ide-ide KH. Ahmad Dahlan lain yaitu mengubah arah kiblat, mendirikan madrasah dengan memasukkan ilmu-ilmu umum dan menggunakan cara-cara moderen dalam pembelajaran, menyantuni kaum miskin dan yatim piatu, semua itu dianggap sebagai ide-ide gila oleh masyarakat pada zamannya. KH. Ahmad Dahlan mengajak mengaji Al Qur'an tidak sekedar membaca dan hafal bacaannya saja tapi mengajak umat untuk langsung mengamalkan kandungan Al Qur'an. Inilah yang diartikan sebagai gerakan Islam oleh KH. Ahmad Dahlan. Islam yang menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi umat, bukan sekedar agama yang dihapal ayat-ayatnya saja tanpa mengerti maknanya.

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam

Muhammadiyah dalam pengertian secara bahasa maupun istilah sudah pasti menunjukkan jati diri sebagai organisasi Islam. Tanpa perlu diteli...