Struktur Organisasi Muhammadiyah

Struktur organisasi Muhammadiyah ditunjukkan dengan bagan dibawah ini, sebagaimana penulis kutip dari muhammadiyah.or.id :


Struktur Organisasi




  • Jaringan kelembagaan :
    • Pimpinan Pusat (PP Muhammadiyah)
    • Pimpinaan Wilayah (PWM)
    • Pimpinaan Daerah (PDM)
    • Pimpinan Cabang (PCM)
    • Pimpinan Ranting (PRM)
    • Jama'ah Muhammadiyah
  • Unsur pembantu pimpinan
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Pendidikan Tinggi
      • Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
      • Majelis Pendidikan Kader
      • Majelis Pelayanan Sosial
      • Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Pembina Kesehatan Umum
      • Majelis Pustaka dan Informasi
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Hukum Dan Hak Asasi Manusia
      • Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
      • Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh
      • Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Penanganan Bencana
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
      • Lembaga Penelitian dan Pengembangan
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama International
  • Organisasi
    • Aisyiyah
    • Hizbul Wathan (HW)
    • Tapak Suci (TS)
    • Pemuda Muhammadiyah (PM)
    • Nasyiyatul Aisyiyah (NA)
    • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
    • Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
    Struktur Muhammadiyah secara garis besar terdiri dari dua jenis yaitu struktur vertikal dan horisontal. Struktur vertikal adalah jaringan kelembagaan Muhammadiyah dari tingkat pusat (nasional) hingga tingkat jamaah (anggota). Struktur horisontal Muhammadiyah adalah jaringan kelembagaan Muhammadiyah dalam satu tingkat kepemimpinan yang terdiri dari pimpinan, majelis, lembaga/badan dan organisasi otonom (ortom). Lebih jelasnya adalah contoh dalam tingkat propinsi terdapat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) yang terdiri dari jajaran pimpinan, majelis, lembaga/badan dan ortom tingkat propinsi. 
    Dalam struktur di atas, ada majelis dan lembaga yang mana keduanya mempunyai fungsi dan tugas masing-masing. Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pokok Muhammadiyah sedangkan lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas pendukung yang tidak operasional atau tidak berhubungan dengan pencapaian tujuan Muhamadiyah. Susunan majelis dan lembaga dapat berubah dari masa ke masa menyesuaikan kebutuhan organisasi dan semua diputuskan dalam rapat pimpinan pusat yang terpilih dalam muktamar Muhammadiyah. Perlu tidaknya memperbaharui susunan majelis dan lembaga juga mempertimbangkan aspirasi dari anggota Muhammadiyah dalam forum Muktamar tersebut. Untuk setiap level pimpinan, keberadaan majelis dan lembaga bisa berbeda-beda tergantung dari kebutuhan masing masing wilayah, daerah, cabang serta ranting. Untuk pimpinan setingkat PWM dan PDM keberadaan majelis serta lembaga biasanya masih tidak banyak perbedaan karena kebutuhannya yang hampir merata sama. Sementara di tingkat PCM, bisa jadi terdapat banyak perbedaan struktur majelis dan lembaga antara satu PCM dengan PCM lainnya mengingat kondisi masing-masing cabang berbeda.
    Selanjutnya ada Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah adalah organisasi atau badan yang dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah. Ortom Muhammadiyah bergerak dalam segmen tertentu, terlihat dari tujuh ortom yang ada masing-masing mewakili segmen khusus, 'Aisyiyah untuk wanita, Hizbul Wathan untuk kepanduan, Tapak Suci untuk beladiri pencak silat, Pemuda Muhammadiyah untuk kalangan pemuda, Nasyi'atul 'Aisyiyah untuk remaja putri (pemudi), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk kalangan mahasiswa dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah untuk kalangan pelajar.  



    Landasan Ideologis dan Teologis

    Landasan Ideologis dan Teologis Muhammadiyah adalah segala acuan dan norma yang terinspirasikan dari nilai-nilai Al Qur'an dan Sunnah dalam menggerakkan dan juga memberikan corak serta warna bagi langkah-langkah yang dijalankan oleh pengurus maupun anggota Muhammadiyah. Landasan teologi dan ideologi Muhammadiyah ini berupa : 
    Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM)
    Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCH)
    Kepribadian Muhammadiyah
    Khittah Perjuangan Muhammadiyah

    Sedangkan ciri perjuangan Muhammadiyah meliputi :
    Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
    Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar
    Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid

    1.     Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
    Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Al Qur’anul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiannya kepada Allah SWT.

    Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itu pula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksanakan ajaran Islam. Tegasnya Muhammadiyah adalah gerakan yang berusaha untuk menyeru/menyampaikan ajaran Islam dalam wujud nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah.
    Muhammadiyah berkeyakinan bahwa hanya Islam yang dapat mengatur kehidupan manusia, yang dapat membawa kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

    2.     Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah
    Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah, gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Ini mengandung pengertian bahwa semua gerak langkah Muhammadiyah adalah dakwah amar ma’ruf nahi mungkar sebagai dasar perjuangannya dan masyarakat sebagai medan juangnya. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat : 104. Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya.
    Amar ma’ruf nahi mungkar berarti mengajak kepada jalan kebaikan dan menyuruh meninggalkan kemungkaran. Banyak sekali contoh perbuatan yang masuk dalam kategori dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, semua perbuatan yang mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menyuruh manusia meninggalkan kemungkaran/kemaksiatan berarti masuk dalam amar makruf nahi mungkar.
    Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.
    Dalam melaksanakan dakwah Islam, Muhammadiyah berprinsip bahwa dakwah harus dilaksanakan dengan hikmah dan nasehat/pelajaran yang baik. Dalam dakwah tugas seorang muslim adalah menyampaikan, mengajak, memanggil, menyeru kepada jalan kebaikan dengan hikmah dan jalan yang baik seperti diperintahkan dalam Al Qur’an Surat An Nahl 125 :

    serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

    [845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
    Jadi dalam dakwah, Muhammadiyah tidak menempuh jalan kekerasan baik dalam perkataan maupun perbuatan. Seorang yang berdakwah tidak boleh marah, putus asa atau bahkan menggunakan jalan kekerasan jika dakwahnya ditolak. Masalah dakwah itu bisa diterima atau malah ditolak, itu menjadi hak Allah dalam memberikan hidayah kepada manusia.

    3.     Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid
    Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi. Tajdid berarti pembaharuan, maka sebagai gerakan tajdid berarti Muhammadiyah adalah organisasi yang melakukan pembaharuan dalam pemahaman dan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam. Pembaharuan itu mencakup semua bidang kehidupan yang secara garis besar terbagi dalam dua bidang besar yaitu aqidah-ibadah dan muamalah duniawiyah.
    Dalam urusan aqidah dan ibadah, Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus membersihkan berbagai amalan umat yang terang-terangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sebab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.

    Gerakan tajdid Muhammadiyah dalam urusan muamalah duniawiyah yaitu melakukan pembaharuan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat. Dalam aspek ini, Muhammadiyah berprinsip bahwa Islam membuka pintu seluas-luasnya untuk melakukan pembaharuan, perbaikan semua bidang kehidupan manusia dengan berbagai macam metode atau cara sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Semua ditujukan untuk mewujudkan kehidupan manusia yang lebih baik, sejahtera sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan manusia. Oleh karena itu Muhammadiyah telah dan terus melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan melalui lembaga-lembaga pendidikan dari pra sekolah hingga perguruan tinggi, dalam bidang sosial dengan mendirikan dan menyelenggarakan panti-panti asuhan, penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, dalam bidang kesehatan dengan mendirikan banyak poliklinik dan rumah sakit.


    Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam

    Muhammadiyah dalam pengertian secara bahasa maupun istilah sudah pasti menunjukkan jati diri sebagai organisasi Islam. Tanpa perlu diteli...